Resensi Buku Baru
Blog tentang resensi buku, terutama buku-buku baru. Diambil dari hasil resensi yang telah dibuat oleh para pembaca buku, mahasiswa, atau para pakar pecinta buku.
Rabu, 11 Maret 2020
Senin, 09 Maret 2020
Jack Ma Sang Miliuner Dunia
Siapa yang tidak kenal dengan
Jack Ma, tokoh yang telah begitu banyak menginspirasi kaum muda masa kini?
Bagaimana pandangannya tentang kehidupan pribadi dan filosofi tentang masa
depan dan sukses kehidupan bisnisnya?
Dia adalah sosok yang menganggap
masa depan adalah milik mereka yang mempersiapkan diri. Kesuksesan adalah milik
mereka yang tak kenal kata menyerah dan putus asa. Mereka yang sukses adalah
mereka yang selalu fokus pada tujuan, berani mengambil resiko, serta tak mudah
dikoyak kegagalan. Mereka yang sukses adalah mereka yang menjadikan setiap
kegagalan sebagai cambuk kehidupan untuk terus bangkit.
Setidaknya itulah sedikit gambaran
tentang sosok Jack Ma, salah satu manusia terkaya di seantero jagat saat ini. Banyak
ditemukan kisah-kisah unik dari tokoh ini saat membaca biografi singkatnya
dalam buku Jack Ma Sang Miliuner yang ditulis Eko Siswanto. Saya tertarik
membaca titik balik atau the turning point, bagaimana tokoh yang tadinya adalah
orang biasa, kelak menjadi pendiri satu perusahaan e-commerce terbesar dalam
sejarah Tiongkok.
Sudah sepantasnya kita belajar
dari kehidupan Jack Ma. Kisahnya sungguh menarik. Dia terlahir dengan nama Ma
Yuan, di daerah Hangzhou, Provinsi Zhejiang. Ayahnya hanya seorang fotografer
dan pendongeng tradisional di Tiongkok, sedang ibunya bekerja sebagai buruh
pabrik.
Jack Ma menjalani masa kecil yang
berat. Ia juga berkali-kali ditolak saat hendak melanjutkan sekolah ke perguruan
tinggi. Jack Ma bukanlah seseorang yang unggul dalam banyak hal. Satu-satunya
kemampuan yang ia miliki hanyalah bahasa Inggris. Dalam satu wawancara ia
mengatakan, pemahamannya terhadap bahasa Inggris membantunya memahami dunia
luar.
Dia pernah menjadi guru bahasa
Inggris setelah lulus dari Hangzhou Teacher's College tahun 1988. Gajinya
tergolong kecil. Ia menjadi dosen yang miskin. Ia kemudian mencoba peruntungan
dengan mencari pekerjaan baru yang lebih
layak. Ia lalu melamar di banyak perusahaan. Sayang, semua lamarannya ditolak.
Ia juga pernah melamar di KFC saat pertama kali membuka cabang di Hangzhou.
Dari 24 pelamar, 23 orang diterima kecuali satu orang; Jack Ma.
Tekad pria kurus itu memang tak
mudah diruntuhkan. Penolakan demi penolakan justru membuatnya semakin percaya
diri untuk membangun bisnis sendiri. Di tahun 1994, ia membuka semacam agensi
penerjemah bahasa asing. Itulah bisnis pertama yang ia jalankan. Sayang, bisnis
itu tak berlangsung lama karena tak memberi banyak keuntungan.
Titik balik hidupnya bermula saat
Jack Ma pergi ke Seattle, Amerika Serikat di tahun 1995. Di sana, untuk pertama
kalinya ia berkenalan dengan internet. Di negeri Paman Sam itu, ia bertemu
dengan Stuart Trusty, pendiri salah satu perusahaan konsultan bernama Virtual
Broadcast Network yang dengan senang hati menjelaskan kecanggihan internet pada
Jack Ma.
Sekembali dari Amerika, ia lalu
mendirikan perusahaan dengan spesialisasi di bidang internet. Ia membuat situs
web, sebuah layanan online directory yang berisi daftar nomor telepon dan
identitas perusahaan seluruh Tiongkok yang siap dipromosikan ke dalam dan luar
negeri. Perusahaan itu dikenal dengan nama China Pages.Lagi-lagi Jack Ma harus menelan
pill pahit. Tekadnya untuk membesarkan Cina Pages kembali kandas. Hilir mudik
ia mendatangi kantor pemerintah di Beijing demi mendapatkan dukungan dan
bantuan. Namun la tetap ditolak. Perusahaan yang hendak dibangun Ma dinilai
belum layak go online. Hal ini membuat China Pages kekurangan dana. Ma tidak
bisa menggaji karyawannya. Sebagai solusi, ia kemudian melepas China Pages
kepada pemerintah.
Setelah gagal membesarkan China
Pages, Ma tak juga kapok. Ia memutuskan untuk kembali ke Guangzhou pada tahun
1999, setelah lama menetap di Beijing. Waktu itu, demam internet sedang
menggurita di Amerika Serikat. eBay dan Amazon muncul sebagai perusahaan marketplace
dengan valuasi terbesar.
Pada saat yang sama, internet
juga sudah mulai menjangkau Tiongkok meskipun belum dikenal masyarakat secara
luas. Tiongkok tercatat sebagai negara yang pernah melakukan batasan keras
terhadap teknologi baru itu. Pemerintah Tiongkok melakukan pengendalian
terhadap pembicaraan-pembicaraan yang berseliweran di internet, memantau lalu
lintas percakapan, mengendalikan ruang gerak, filterisasi konten-konten, bahkan
tak segan memblokir situs web asing.
Ma melihat fenomena ini sebagai
peluang. Ia kemudian berinisiatif untuk mendirikan perusahaan bernama Alibaba.
Nama Alibaba sendiri terinspirasi dari kisah 1001 malam. Dalam berbagai versi,
semua orang tentu pernah mendengar kisah tentang anak muda bernama Alibaba yang
mengalahkan 40 penyamun. Kelak, di tangan seorang Jack Ma, Alibaba dengan cepat
menjelma sebagai salah satu raksasa bisnis dunia.
Saya senang membaca kisah Jack Ma
ini. Saya senang membaca kisah mereka yang merintis karir dari nol. Saya
terinspirasi dengan mereka yang selalu berhasil bangkit meskipun kerap jatuh
berkali-kali. Ma mengingatkan saya pada sosok Ciputra di tanah air yang juga
memulai segala sesuatunya dari bawah. Banyak yang bilang bahwa orang
hebat tak pernah lahir dari zona nyaman atau comfort zone. Orang hebat bukanlah
mereka yang mewarisi hidup serba ada dan serba nyaman. Orang hebat adalah
mereka yang tertantang melakukan sesuatu, lalu berani menerabas jalan nasib di
atas peluh yang menetes dari usahanya sendiri.
Satu hal yang saya sukai adalah
ungkapan Jack Ma tentang kesuksesan, "Saat kamu miskin dan belum sukses,
semua kata-kata bijakmu terdengar seperti kentut. Tetapi ketika kamu kaya dan
sukses, kentutmu terdengar sangat bijak dan menginspirasi."
Data identitas buku :
- Jumlah Halaman : 212
- Tanggal Terbit : 25 Jan 2019
- ISBN : 9786024074975
- Bahasa : Indonesia
- Penerbit : Laksana
- Berat : 0.185 kg
- Lebar : 14 cm
- Panjang : 20 cm
Langganan:
Postingan (Atom)